Kamis, 29 Juni 2017

Bahasa Senja Menyapa Malam


Mulai sore terlewati
Senja mengintip di balik cakrawala
Garis batas antara siang dan malam
Pelan pelan melebur warna jingga
Merah padam lalu kelam

Langit mulai membuka wajahnya
Bintang-bintang abstrak tertata
Pada rasi-rasinya yang membentuk benda
Menunjukkan keindahan
Juga menenangkan kegundahan

Batas-batas itu tak terlihat lagi
Seperti lingkar bola tak berujung
Seperti lingkar aku dan dirimu dipenghujung

Langit semakin larut
Awan sudah jarang memenuhinya
Banyak lagi abstrak tertata bintang-bintang
Menemani senyum bulan menyenangkan
Anggun mesra, hanyut dalam keheningan
Lalu aku dan dirimu damai terpejam

Rasi-rasi bintang semakin jelas terlihat
Gemerlap langit dipenuhinya manja
Semakin tenang, kelam, hening dan sepi
Semakin tenang, dalam diri sendiri
Antara batas aku dan dirimu melebur jadi satu

Rabu, 28 Juni 2017

Candu

Semua yang tertulis hanya sementara
Untuk dunia dan semesta
Agar langit ikut bercanda
Laut kembali berdusta
Lalu gunung yang ingin mengiba

Bukan aku yang tak berlalu
Menjaga aku untuk dirimu
Berbenah diri terus tersakiti
Atau kembali terluka ini hati

Banyaknya kembang mekar pagi ini
Sama halnya rindu padamu ikut mencaci

Candu
Laut yang kembali berdusta
Lalu gunung tiba-tiba ingin mengiba
Sedangkan langit, semakin asyik bercanda

Rindu
Bahkan diriku tak tahu tentang kisahmu
Yang membiarkan aku tak bisa lagi sendiri
Karena rinduku melebur dalam tetes hujan
Yang selalu datang di kala senja tiba
Kemudian rindumu semakin memburuku
Aku candu

Terkadang membiarkan luka yang menganga
Bisa jadi kutusukkan sekali lagi jarum membara
Membuat luka lagi yang semakin dalam
Membuat tebing lagi yang lebih curam

Persetan dengan dusta!
Semuanya kuanggap nyata
Yang membiarkanku tak biasa sendiri
Lagi

Selasa, 20 Juni 2017

Belenggu di Hari Ini

Menuju hari
Di antara pagi dan senja
Yang ku lewatkan dengan sengaja
Bahkan ku biarkan berlalu begitu saja

Menuju rindu
Akan banyak sekali melihat sendu
Menguapkan kecemasan yang terlalu

Melintas batas
Berjalan normal melewati keterbatasan
Tanpa melihat lagi apa yang berlalu
Setiap rasa yang terlalu disengaja
Bahkan cinta dan air mata anggun menyenangkan

Kamis, 15 Juni 2017

Apakah Aku?

Adakah Tuhan tersenyum memandang padaku?
Adakah hujan yang datang pada lelahnya mata?
Adakah terang pada langit yang mendung setelah siang?
Adakah aku? pada dirimu yang selalu kusebut di setiap doaku

Apakah hijau pada daun cepat mengering di musim hujan?
Apakah biru langit begitu mudah luluh pada lautan?
Apakah pekat malam segera berakhir dengan banyak santunan?
Apakah aku? pada dirimu yang selalu kusebut dalam doaku

Bagaimana semut memandang hujan yang sering menenggelamkan?
Bagaimana daun gugur selalu diam pada angin yang menjatuhkan?
Bagaimana lelap yang terbuang jauh dengan banyak kepastian?
Bagaimana aku? pada dirimu yang mampu menjatuhkanku

Sedalam ini

Kamis, 08 Juni 2017

Cukup Tahu atau Tak Tahu

Apa aku hanya sesepi pagi?
Sesunyi embun yang merapat pelan di atas rumput teki
Sedingin udara yang ku hirup lalu ku hembuskan tapi
Benarkah aku sesepi ini?

Apa aku punya sebuah buku?
yang ku pinjamkan lama pada seseorang
tanpa tahu dia siapa, di lorong halte menuju senja
Apa aku tak benar-benar punya buku?

Haruskah aku sesepi rindu?
Mengikrarkan harapan tanpa tahu sebuah kepastian
Bersanding dengan kenikmatan dari sebuah harapan
tanpa tahu lagi-lagi sebuah kepastian

Akankah aku semegah awan?
Gagah dan anggun menyelimuti bumi
Membawa mendung menenangkan dan hujan
yang selalu ditunggu untuk menutupi tangis
Antara batas sengaja atau diharuskan untuk sengaja

Bagaimana jika aku tak tahu
bahwa aku memang benar bukan apa
atau mempunyai apa

Atau mungkin ada satu harapan?
Sebuah buku atau pena di ujung pelarian
dengan seutas pita ungu yang mengikat keduanya
dan beberapa goresan tentang luka
Begitu lama, dahulu sesepi ini

Untuk tahu di setiap situasi
Untuk tahu di setiap kondisi
Untuk tahu di setiap imajinasi
Untuk tahu di setiap yang tidak pasti
Hanya waktu yang memang benar-benar tahu itu

Senin, 05 Juni 2017

Harus yang Terkadang

Terkadang aku harus sengaja melukai diriku
hanya untuk mendapatkan bait-bait rindu
Kemudian disalin dalam hati, entah perih atau suka
Aku harus sengaja melukai diri sendiri

Bait-bait sendu menyiapkan luka
Mengajari kita arti cinta
bahwa banyak sekali yang tak bisa dipahami
baik pikiran atau perbuatan maupun perasaan
Yang aku sengaja menciptakan dengan
melukai diriku sendiri dalam kelam

Yang kedua,
terkadang aku harus menyibukkan diri
Membunuh lagi setiap kekacauan di sini
yang lama mengikuti di belakang
dan lama diam untuk mengenang

Aku terkadang harus membunuh diriku
di bawah hujan atau air mata
yang terkadang sendu ku nikmati dengan bahagia

Bahwa saat ini aku harus membunuh diriku sendiri
hanya untuk mendapatkan bait-bait rindu

Prematur

Beberapa manusia, tiga belas atau lima belas
sepuluh atau sembilan tahun
Ramai sekali berdatangan ke sini
membawa dua atau tiga tangkai mawar
diberikannya pada sang hawa
Tiga belas atau lima belas
sepuluh atau sembilan tahunan

Mereka menaiki kuda bermotor
roda dua, amat melesat
Tak peduli dengan sekitar
dia membelok tajam memutar
Menaiki kuda bermotor roda dua
Tiga belas atau lima belas
sepuluh atau sembilan tahunan

Masuk ke sebuah bar,
lagi lagi mereka berlima
Memesan bir kemasan sempurna
menaruhnya dalam gelas lalu sirna
Tiga belas atau lima belas

Sepuluh atau sembilan tahun lalu
Bapak dan Ibuku bergulat dengan waktu
Mencari sebanyak gaji untuk kehidupanmu
Tak mengenal waktu
Tanpa tahu bahwa dirinya tlah sendu

Tiga belas tahun pula kau dibesarkan
dalam sederhana gubuk kecil
Di tengah sawah tanpa tetangga
Sunyi
Lalu kau tertawa

Duhai pujangga
Kini dirimu
Tiga belas atau lima belas
sepuluh atau sembilan tahunan
Benar berani sekali
Hahaha

Berlalu dan Melesat, Siap

Aku harus siap siap
Sesegera mungkin semuanya pasti berlalu
Dengan cepat cepat datangnya waktu
Atau menanti fajar yang kedua di hari lalu

Aku harus siap
Menitih waktu selanjutnya
Lagi
Merapikan berkas lamaku
Menyimpannya rapi atau membuangnya jauh
Dan duduk pada kursi lama
Membawa pena dalam duka atau bahagia
Lagi lagi

Aku seharusnya dari dulu
Untuk segera bersiap
Menutup perih dan menaruh luka dalam hati
Kemudian memeluknya erat bersama raut wajahmu

Lagi
Memulai folder baru dalam diriku
Me-restart lagi kehidupan tentang perasaan
Apa yang jauh, apa yang dekat
Mungkin ini tidak akan terlambat
Lagi dan lagi

Semakin cepat ku melesat
Semakin erat ku mengikat
Sinar wajahmu dalam kolam
Ku kaitkan batu dan tenggelam
Semakin cepat ku melepas
Semuanya
Aku siap