Selasa, 30 Mei 2017

Hanya Karena Berlalu

Bersabarlah,
Hujan akan segera reda
Tanah-tanah itu menyisakan genangan
Daun-daun segar tersiram hujan
Bebatuan seperti lunak dengan tetesan
Semut kecil berjalan di atas genangan

Tenanglah,
Setelah ini akan datang sinarnya
Di atas kepala dengan gagah menyimpul senyum
Panasnya mengeringkan tanah, daun, batu
Semut kecil berjalan di genangan yang tlah kering

Resah tanpa simpulan senyum di pipi
Hingga dari mata mengalirkan air
Sendu sudah 
Kesepian
Hilang

Kemudian datang dirimu dalam mimpi
Memelukku erat dan mengalir
Sendu sudah
Hilang
Lalu

Mekar mawar mengikuti langkahmu
Menyilang mesra di atas setapak
Tanpa ragu lalu mendekatiku
Memeluk rindu dan menguapkan kesepian
Mengikat hati serta menekuk emosi

Sebijaksananya dirimu untukku
Seperti egoku terkendali dalam pikiranmu
Lalu kau tiupkan rindu dengan beberapa rayuan
Angin melintas menerbangkan helai rambutmu
Lalu kau titipkan haru dengan beberapa kebahagiaan

Bukan usia
Cinta terkadang meleburkan semua batasnya
Melupakan kerutan 
Mengabadikan dengan manja

Minggu, 28 Mei 2017

Terjebak Sendiri

Terjebak sendiri dalam kubangan yang mengalir
Seutas tali seakan kuraih namun sangat semu
Tanpa sadar di ujung tali terlihat seseorang
Yang tanpa sadar juga ingin menarikku dalam kubangan
Mereka tak tahu bahwa,
Sekelilingnya sudah berkobar api
Berkobar layaknya dalam tungku pembakaran
Dan aku masih nyaman dalam kubangan

Kubangan ini tak sama
Tak seperti biasanya
Mulai merambat hingga tengkuk leher
Yang sebentar lagi menyumbat lubang hidungku
Dan seterusnya tak akan tahu
Bahwa diriku menjadi berantakan
Untuk kehidupan

Masih terperhatikan
Seutas tali kepada api
Atau sinar purnama yang pelan pelan
Yang pelan pelan menenangkan
Dan kutahu hanya diriku perlahan
Perlahan lahan mulai menghilang

Atau kumulai merangkak keluar
Dengan atau tanpa seutas tali menuju api
Berlumuran tanah liat menyejukkan
Bergulung di atas kobaran
Memadamkan lalu meringankan seutas tali kepada api

Terjebak sendiri dalam kubangan yang mengalir
Bahwa memang harus berjuang sendiri
Merangkak atau mati

Titian Waktu

Aku mulai berpikir bagaimana bisa batas itu terlambat datang
Atau hubungan yang membentuk sebuah bujur sangkar
Ke empat sisi nya sangat konsisten, sejajar berpasangan
Aku menjadi sudutnya
Sebuah titik temu antara dua garis yang saling menyilang
Titik temu yang menyatukan perselisihan
Titik yang sama setiap perpotongan

Aku mulai mengerti bahwa perasaan bukan selamanya menyatukan
Namun kesediaan, kerelaan, pengorbanan, serta keikhlasan yang mempertahankan

Bahwa perasaan yang dibawa sampai kini
Akan memuai atau menyusut di kemudian hari
Berubah karena kondisi atau situasi
Akan hilang atau menetap dalam tepian waktu

Sudah kubilang
Rindu, atau segala hal mengenai perasaan
Entah cinta atau duka
Entah suka atau rela
Dikatakan atau tidak,
Semuanya akan tercerna oleh waktu

Aku adalah titik temu membentuk sudut antara dua garis yang berpotongan
Menjadi saksi bisu dua garis yang saling berpotongan
Menyatukan rindu dan sendu pada masanya
Tanpa sadar bahwa dirinya hanya sebuah titik temu antara dua garis yang saling berpotongan

Bahkan waktu akan sangat susah menjawab
Karna aku hanya sebuah titik temu

Sabtu, 27 Mei 2017

Memang Benar

Memang benar
Yang Maha Membolak-balikkan hati

Mudah sekali pada-Nya
Sangat tiba-tiba
Dan benar-benar terjadi

Sungguh tamu yang agung
Tanpa harapan di atas awan
Mengusung rindu dengan bingung
Mengungkapkan dengan kiasan
Atau rindu memang hanya sepucuk nisan

Minggu, 07 Mei 2017

Menunggu Kematian

Menunggu itu bosan
Sebosan laut yang menerima kotoran

Menunggu itu jenuh
Sejenuh daging yang membusuk dalam tubuh koruptor

Apalagi yang kukatakan
Hingga aku duduk diam di bawah teras samping rumah
Dan membaca sekalimat berita
Malam ini, di bangku teras samping rumah

Jelas sudah murka seluruh rakyat
Diabaikan dengan hiburan
Atau ditindas dengan senyuman

Jelas sudah murka seluruh warga
Negara ini penuh muslihat serakus kantong pengemis berdasi

Jelas sudah dijelaskan untuk mereka di dunia
Dunia yang fana, lupa masa depan
Setelah kematian

Begitu saja berita yang kubaca di bangku teras samping rumah
Menyeduh kopi dalam malam
Dan membayangkan setelah kematian