Rabu, 31 Januari 2018

Ini Gerhana

Aku yang keluar dari gedung berpintu kaca
Kudapati berbondong-bondong orang melangkah
Searah, seluruhnya menuju satu arah
Bertudung putih atau berkopyah
Bersarung atau bermukenah
Memakai alas seadanya

Aku yang melangkah untuk pulang
Hampir semua orang bukan pulang
Mereka menuju surau surau
Berbaris rapi
Bershaf-shaf
Jajaran kopyah atau mukena

Mereka takbir
Membungkuk kompak
Berdiri lagi dengan tegap
Lalu menuju lantai surau yang sederhana
Dahinya menempel bersama-sama
Memuji sang Pencipta
Melantunkan doa-doa
Duduk rapi di antaranya
Kembali ditempelkan dahinya
Dan kembali untuk berdiri lagi
Takbir

Bersama itu kusadari
Malam begitu berbeda dari biasanya
Malam sangat gelap
Bulan memerah
Begitu mewah dan indah

Apa itu sebab mereka berbondong?
Yang bukan pada waktu yang lima
Ternyata sebuah gerhana
Yang lupa kuingat
Terlalu sibuk dengan layar kaca
Dan memijat sebuah papan tombol
Lupa
Ini Gerhana
Terpujilah Engkau Tuhan Sang Pencipta
Seluruh Semesta

Selasa, 23 Januari 2018

Bisa Apa?

“Padamu, aku pernah cinta mati hingga mematikan harga diri.
Aku selalu mengira tak ada yang tak mungkin jika diusahakan.

Aku masih saja enggan pergi, masih berdiri di tempat yang sama.
Meski aku tahu kamu telah bersamanya.
Aku mengira sekuat apapun bertahan, suatu saat kamu akan berubah pikiran.

Namun aku salah, kamu berkali-kali mengatakan bahwa tak ada jalan untuk bersama lagi.
Kamu memaksaku untuk menyerah saja.
Aku juga tak pernah mengerti, mengapa mencintaimu hingga sekeras ini.

Aku mundur dengan harapan yang kamu patahkan.
Semua sikapmu lalu menyadarkan aku, jika aku terus memaksakan, bukan cinta yang kudapat — hanya rasa kasihan.

Aku memang ingin berjuang hingga kamu bisa melihat keberadaanku.
Namun jika bagimu aku bukan siapa-siapa, memangnya aku bisa apa?”

Minggu, 07 Januari 2018

Sejak Saat Itu

Semenjak kau memilih untuk melangkah pergi
Semua tentang aku dari masa lalu dan masa depan
Tlah cepat ku tutup rapat

Benar katamu
Percaya pada seseorang itu lebih susah lagi setelahmu
Menaruh empati membuat kelemahan tersendiri

Setelah kau tak lagi pulang
Aku lebih memilih untuk meributkan semua masalah sendiri
Berdiskusi dengan pikiran dan hati
Berdebat sendiri dalam sanubari

Benar saja katamu
Menaruh dan membuka lagi hati adalah hal mustahil
Setelah bersamamu

Mungkin aku salah dalam hal ini
Bukan lagi hanya cinta yang kutaburkan di sini
Bukan hanya rindu yang dulu menggebu ingin bertemu
Namun tanggung jawab akan masa depanmu
Komitmen cintaku yang mengantarkanmu
Dan semuanya tentang diriku sendiri

Jauh,
Nikmati masamu yang dulu pernah kulewati sebelummu
Kau akan tahu, bagaimana mengingat hal yang paling baik denganku
Atau memang kau benar menjauh dan hilang tanpa pulang

Ini hal yang sederhana dapat kuucapkan
Semoga aku tetap mencintai komitmen komitmenku atas dirimu
Dan kau tetap mengingat bahwa aku akan selalu jadi jalanmu untuk pulang
Segera