Rabu, 25 Februari 2015

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia itu sederhana
Sesederhana memandang langit malam dengan bintang
Sesederhana menikmati rembulan saat purnama
Sesederhana menghirup udara di semesta

Bahagia itu sederhana
Sesederhana melihat dirinya bahagia
Sesederhana mendoakan dirinya bahagia
Sesederhana mengucapkan selamat tinggal untuknya

Bahagia itu sederhana
Sesederhana hati menaruh kasih
Sesederhana jiwa menyimpan perih
Sesederhana diri menjadi sejati

Bahagia itu sederhana
Sesederhana melupakan perkara
Sesederhana menutupi rasa
Sesederhana menambah luka

Selasa, 10 Februari 2015

Jangan Dengannya

Jangan berpihak kepadanya
Dia menyepi seperti tungku api
Bersua seperti sinyal emergency
Memupuk hati tanpa peduli
Tetap kembali pada diri sendiri

Jangan berkelut dengannya
Dia mengacung pada satu lindu
Berkobar layaknya merbabu
Menumpuk kepedihan dalam abu
Tetap kembali untuk rindu

Jangan berteduh untuknya
Dia panas bak gurun sahara
Berlalu dengan angkara
Menyusun tong kosong menganga
Tetap kembali dengan cahaya

Jumat, 06 Februari 2015

Rembulan dan Pikiranku

Selalu rumit dengan kisah ini
Penuh obsesi serta ambisi
Mengingkari semua takdir
Yang menusuk begitu getir

Tak hanya memandangnya
Dia tak pernah melihatnya
Tak harus dia berucap
Dia tak pernah mendekap

Dalam hal ini begitu sulit
Yang sangat mudah begitu rumit
Persoalan itu sungguh sederhana
Sesederhana ketika rembulan setia
Setia terjamah oleh mata
Yang memandang apa adanya

Senin, 02 Februari 2015

Aku pernah melihatnya
Berdiri bersandar di bawah menara
Banyak di antaranya duduk termangu tak berdaya
Mencari semua alasan yang membuatnya
Mempunyai harapan yang sirna

Aku pernah melihatnya
Tatapan matanya sesayu pohon kelapa di sore senja
Mereka menyusuri tepian jalan walau bahaya
Untuk meraih semua sejahtera mereka
Sungguh pedihnya

Aku selalu melihatnya
Berjalan dengan gontai tak pernah terarah
Tubuhnya serapuh daun jatuh tertua
Kakinya mengayun seakan malas dengannya
Wajahnya kaku penuh rasa sengsara

Apakah mereka ada karena kebijakan
Kebijakan yang di sini mengutukkan
Mengutuk semua jiwa manusia
Manusia yang penuh dengan angkara murka

Minggu, 01 Februari 2015

Walaupun sering-sering ku berpaling, selalu pikiran ini penuh dengan namamu
Biarpun bulan sakit dini hari nanti, sembuhnya selalu dengan hadirmu
Juga bara api menggenangi tungku rumahku, dingin sikapmu memadamkan panas apiku itu

Di senja jingga banyak burung terbang ke selatan
Seperti mencari rumah lindung dari kegelapan
Bersama angin, mereka bercerita
Bagai ombak yang tak pernah lelah

Hatiku berada di antara kegelapan hari ini
Terselimuti badai jauh di dasar jiwa ini
Berkalungkan sorban kafan membayangi diri
Jika nanti terikat tiga ikatan di akhir hari

Terakhir ingin kuucap untukmu
Hadirnya malam tanpamu sangat pilu
Pagi pun sunyi tanpa suaramu
Siang rindu dengan keteduhanmu

10-1-2015/23.24

Aku harus menjagamu
Menjaga kebeninganmu
Karena aku tak mau lagi mengotorimu
Seperti dulu kau masih bersamaku

Aku tidak akan pernah menatapmu lagi
Senantiasa beningmu kujaga lagi
Untukku atau bukan, dirimu
Aku ingin nanti yang memilikimu
Akan senang dengan kesucianmu

"Sehingga aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik." - Tere Liye

25-12-2014/00.17

Semakin Aku Tak Tahu

Entah aku tak tahu
Jariku selalu ingin menuliskan untukmu
Beberapa kata yang bodoh untukku
Rangkaian rasa merasuk di otakku

Entah apa lagi malam ini
Suasananya sangat berseri
Mengagungkan kelamnya sunyi
Berbenah mentari terganti sepi

Entah siapa lagi yang datang
Jika bukan dirimu yang kini pulang
Dan siapa lagi yang hilang
Jika bukan dirimu yang kini hengkang

Bukankah merpati selalu temukan jalan pulang?
Tapi merpati itu selalu malang
Bukankah lebah selalu mencari yang manis?
Tapi bukan kita yang selalu teriris

Aku tak tahu kenapa rembulan menyapaku
Aku tak tahu sang bintang senang denganku
Aku pun tak tahu angin malam meniupkannya untukku
Serta yang tak kutahu, betapa sinarmu mengindahkanku

Dalam diam kini ku menumbuhkan
Yang semakin lama semakin menerjang
Yang semakin lama semakin melawan
Semakin tumbuh semua itu dalam diam

Sampai saat nanti banyak kesenangan
Sampai saat nanti orangtua dipertemukan
Sampai saat nanti dua insan dihalalkan
Sampai saat nanti pintu surga merelakan

23-12-2014/23.28