Senin, 18 September 2017

Sengaja Membisu

Berdiri di muka hutan yang sunyi
Seperti menunggu angin dengan badai
Lalu hujan yang menerpa membawa air terurai
Bahkan sesekali dedaunan ikut bergumam
Apa aku berjuang dengan sepi?
Apa aku terjatuh dalam sunyi?
Tak ada yang pasti
Gumam dedaunan

Duduk di tepian kolam yang riak
Derasnya hujan menaikkan lagi meteran permukaan
Pada bagian terbesar, karena hujan
Bahkan sesekali meresap cepat di dasarnya
Kemudian alir airnya sulit diterka pikiran
Jika hati yang beriak mampu mematahkan
Kayu dalam kolam yang sengaja membisu

Sabtu, 16 September 2017

Suaraku

Suaraku kini seserak lembu
Yang lapar kepanasan tanpa air minumnya
Dan berjalan melewati tanah kering
Berharap ada sedikit rerumputan
Namun tak pernah nyata

Suaraku sekarang sehening malam
Yang kau tinggal sore tadi
Lalu kau benar benar pergi dalam sunyi
Tanpa harapan
Hanya hilang

Suaraku pagi ini sedingin embun
Yang hadir menyambut panas surya
Menyentuh tepian rumput
Yang semakin tandus
Untuk dipijak

Suaraku kini sekeras hatimu
Yang diterpa kiasan kata nyata
Dan kau lempar dengan sengaja
Tak menghiraukan
Lalu ditinggalkan

Selasa, 12 September 2017

Yang Banyak Berdebu

Bukan suatu tujuan yang jelas akan makna
Begitu juga harapan yang syarat akan lupa
Aku tak lagi memberikanmu arti senja
Dan juga mengembalikan fajar di depan mata

Kini aku hanya merambat pelan di lamunanmu
Tak secepat dulu ketika kau membayangkanku
Berhadapan, bertatap mata dan terhanyut aku
Apalagi yang mendesirkan jantung kalau bukan kamu
Namun semuanya berjalan lambat

Dua hari yang lalu membuatku tahu
Bagian bagian tertentu darimu
Yang benar kurindu
Yang benar benar kurindu
Dari dirimu

Masalah hati yang bukan lagi
Selalu menuntut akan sebuah kesetiaan
Percaya padamu membuatku benar tahu
Rasa cinta ini semakin rindu
Menemukan bayangmu di permukaan
Lalu tenggelam dengan sinar rembulan

Aku dan kamu bukan dahulu

Kini setiap rindu akan kubagikan
Bersama pepohonan setiap sisi jalan pulang
Dan kukatakan, antara kesakitan dan kenikmatan